Manakala Hidupmu Berubah
Manakala hidupmu berubah?
Tulisan-tulisanmu menjadi tidak sehidup yang dulu.
Pendengaran-pendengaranmu sudah tidak istimewa lagi.
Kepekaan hati menghilang.
Senyum berkurang.
Kebebasan yang tak dapat lagi dinikmati.
Pembicaraan menjadi terlihat sangat membosankan.
Dan yang satu ini tak akan kamu syukuri dan sangat disesalkan, yaitu berubahnya cara berpikir dan menikmati hidup (ke arah yang buruk).
Kebingungan ini hanyalah dampak dari 3 tahun, waktu yang sangat singkat. Selama itu juga hal-hal baik dan sangat buruk terjadi. Sepertinya hati ini memang sudah berubah. Taukah dikau rasanya?
Keistimewaan-keistimewaan yang sepertinya dulu dimiliki, sedikit demi sedikit musnah, hilang, tak terasa lagi, mengapa?
Hati yang bingung tentu tak tahu apa yang dilakukannya baik atau buruk, tetapi itu hanya ilusi. Ilusi yang selalu menutupi walau sebenarnya telah dilakukan hal-hal yang buruk. Mengubah cara hidup, dan pikiran….
Tiga tahun tidaklah terlalu lama:
Tiga tahun itu adalah 36 bulan,
Tiga tahun itu 144 minggu,
Tiga tahun itu 1008 hari,
Tiga tahun itu sungguh tidaklah terlalu lama.
Pikiran yang sudah berubah ini tidak bisa lagi menikmati hal-hal yang baik, normal, dan sangat susah dilakukan. Pikiran yang sudah berubah itu hanya dapat menikmati bagaimana rasanya menjadi seekor hewan, tanpa pikiran-pikiran.
Jantung seorang yang pikirannya telah berubah tersebut tidaklah terlalu sehat. Detakannya terasa sangat tidak menyehatkan. Paru-parunya juga tidak terasa ringan. Napasnya sampai terdengar jauh. Seperti napas seorang ogre.
Seorang yang pikirannya telah berubah selalu kawatir dan selalu berpikiran negatif. Seakan-seakan semua yang dilalukannya adalah salah. Dia pun selalu menyesal. Penyesalannya pun tidak disertai hal-hal sebaliknya. Sungguh pemikiran yang ironi.
Tidak terlalu sulit bagi siapa yang telah merubah pikirannya ini untuk membuang-buang waktu hidupnya. Bahkan waktu yang tak pernah akan kembali itu tidak ada harganya, Sungguh!
Lalu apa yang ia dapatkan selama 3 tahun?
Tak banyak: Badan kurus, berat 550 newton, “tong kosong nyaring bunyinya”, uang tabungan yang sangat tidak banyak, masalah-masalah yang dielakkan, penyelesaian yang tak kunjung dilakukan, permintaan maaf dan balas budi yang tak pernah dan akhirnya tak terjadi, iQ yang menurun, rambut yang terpikirkan sebagai faktor perlambatan impuls, sinapsa yang tidak begitu rapat, napas yang selalu terengah-engah, mata yang tak kunjung rusak, buku-buku yang tertutupi debu, otak depan yang berkarat, spons sumsum tulang belakang yang robek akibat gerakan leher yang tidak sehat, dan pikiran-pikiran yang tak pernah istimewa lagi. Epilog yang tidak dapat lagi dinikmati, dan tak terbaca lagi.
Lalu bolehkah dia, menanyakan sesuatu yang terbaca bagini, “Bagaimanakah cara menyusun suatu dialog atau monolog yang tepat dan jauh dari hasil akibat paranoid?
Pertanyaan ini kerap kali ia kaitkan dengan mana yang lebih cocok, “aku” atau “saya”, “kamu” atau “you”, “tertawa” atau “berpikir kritis”, “acuh” atau “tak acuh”, mana yang tepat?
Mungkinkah seorang akan menjawab dengan tegas seperti ini, “Jadilah apa yang ada pada dirimu yang telah terbentuk (pribadimu) selama lebih dari 18 tahun. Biarkan penggunaan bahasamu seperti apa adanya. Asalkan kamu berpikiran positif!”
“Bisakah kita menikmati hal yang membosankan ini sekali lagi…”
Label: My deep life