Langsung ke konten utama

Cepat mengambil keputusan dan jangan bertindak bodoh!

30 DESEMBER 2009  Hari rabu yang kebetulan saat itu hujan sudah reda. Kami mendapat berkah! Dan semua peserta diklat siap kembali ke rumah masing-masing –tapi apa iya? Bisa saja mampir dulu lalu...– termasuk aku yang sudah menunggu dan tinggal meng-gas motor saja. Ohh! Lamanya . . . tak tik tak . . . hey mobil pak Sembiring bersin! Asap kurang ajar! Tau tidak aku hampir tidak bisa bernapas! Hem . . . saat itu aku masih menunggu.

Salah satu temanku melaju, dia sendirian. Dan aku pikir menunggu rombongan akan sangat lama, sedangkan aku sudah tidak sabar lagi –entah mengapa, aku seperti tidak betah lama-lama di situ. Ya! Aku ikuti dia saja! Sebenarnya aku bingung –saat itu memang aku kebingungan, that is me! Selalu bingung– menunggu atau tidak, tetapi apa salahnya –seandainya saja aku ingat benar jalan pulang, pasti tidak akan kebingungan seperti ini.

Aku bisa melihat temanku mengendarai motornya di depan, sampai dia menyalip sebuah mobil, hem! Mampuslah aku. Untuk dia yang tidak tau kalau aku mengikutinya dari belakang, dan aku berusaha menyusul, namun jalan saat itu menikung. Ketika hendak mencoba menyalip lagi, sebuah mobil terlihat melintas di depan, tertunda! Astaga . . . aku kehilangan jejak. Bodohnya lagi aku tidak kembali ke hotel. Aku percaya bisa menyusul temanku itu. Dan apa yang terjadi . . .

Aku mengambil tikungan yang salah. Sudah tertinggal sangat jauh. Dan untuk kali kedua, kebingungan menimpaku! Musibah!

Seperti kebodohan memimpin barisan di depan. Tak terpikirkan untuk kembali ke hotel dan pulang bersama teman-teman lain. Hal itu bermula dari ketika salah satu temanku –baru kenal– memanggil dari belakang dan menyusul. Uh! Ini mungkin kesempatan. “Hey! Ini bukannya jalan yang kita lalui kemarin?”. “Bukan! Ini lewat kaliurang!”. Aduh bodoh! Dan kebodohan ini menonjol di depan mereka. Payah! aku memutuskan untuk mengikuti mereka saja.  Ternyata mereka tidak bisa dipercaya, maksudku diam itu tidak membantuku yang sedang benar-benar kebingungan. Kembali saja atau lanjut? Dua pilihan yang sangat rumit. Lebih rumit dari bahasa matematika. Dan akhirnya aku melambatkan kendaraan dan berbalik menuju hotel untuk mengambil jalan (tikungan) yang benar.

Aku percaya masih mengingat jalan itu dengan baik. Jadi tidak akan kembali ke hotel dengan basah kuyup –hujan sudah mulai deras kembali– dan malu dengan kebodohanku! Sepanjang jalan itu, masih dapat ku ingat di mana aku membeli bensin, dan melewati portal, hingga perempatan, dan jalan raya asli yang saat itu benar-benar sudah tidak ada diingatanku. Apa lagi kebodohan yang akan aku lakukan?! Ternyata aku benar-benar ceroboh, untuk mengambil jalan yang ternyata sama dengan jalan yang telah aku lalui tadi. Dan sekarang kebingungan menimpa kembali. Entah apa yang harus aku lakukan, kembali atau lanjut? Sekarang aku putuskan untuk lanjut! Karena terpikirkan bahwa inilah jalan yang benar, dan akunya saja yang tidak percaya diri dan bodoh!

Tetapi jalan ini terus membuat bingung, dan sepertinya sudah tidak ada harapan. Saatnya berhenti dan bertanya. Aku harap dua orang dewasa itu dapat membantu. “O! Bangjo (terrafic lamp) ambil kanan. Ikuti saja jalan turun. Nanti pertigaan ambil kanan, sekitar 200 meter dekat pombensin. Lihat saja rambunya, jika ada ‘kabupaten sleman’ ikuti saja. Itu jalan paling cepat ke Mlati. Tanya-tanya oranglah di jalan!” Jawaban yang sedikit membantu. Ikuti saja apa yang dikatakannya. Intinya ikuti tanda-tanda 'kabupaten sleman'. Tetapi . . .


Aku tidak menemukan rambu tersebut. Bingung lagi! Hey…hey…hey… tebak siapa dia! Beliau bpk. Sembiring! Ya! Aku hafal mobilnya, dengan kucing di kaca belakang mobil. Sempat terpikiran untuk mengikutinya dari belakang, namun mobil saat itu macet, jalan agak padat, dan aku tidak ingin di jalan itu terlalu lama di bawah hujan yang begitu deras, sampai-sampai aku tidak peduli lagi dengan pakaian ini, basahlah walaupun jas hujan ini sudah aku gunakan. Aku menerobos jalan becek dan melawati kesempatan (pak Sembiring), dan aku sudah tentu sangat berani, sepertinya jalan ini sudah familiar diingatanku. 


Kebingungan untuk kesekian kalinya. Sudah terlupakan pertigaan dengan rambu hijau itu. Tetapi aku tidak akan lupa nasehat untuk bertanya lagi! Yah! Berhentilah dan bertanya –bijaklah dikau sayang…– “Ke terminal Jombor mana ya mas?”. “Oh! Perempatan ambil kanan, perempatan ke tiga ambil kanan”. Ya tuhan . . . jalan sepertinya masih jauh. 


Flashback perkiraan 5 km lagi dan sampai, pertigaan, pombensin 200 meter yang sudah kutemui 3 pom, entah yang mana, pak Sembiring yang sudah entah ke mana, Rp. 2.500 portal area wisata kaliurang (kebodohan itu terbayar mahal, dan aku tidak mau kembali membayar! Sama saja bodoh! Lagi pula teman-teman pasti sudah sampai rumah). Tidak ada pilihan lain, lanjut dengan petunjuk kedua.

Sapanjang jalan raya yang becek –sungguh tak terbayangkan, jalan kota ternyata tidak sebaik yang aku kira. Di mana selokan-selokan? Kasihan pengguna motor, yang harus ciprat-cipratan dengan sesama, dengan mobil, bahkan bus kota. Sungguh penyiksaan!– Sekali lagi! Seperti jalan yang familiar di ingatanku. Tetapi belum terlihat perempatan tersebut.

Wow! Ini dia, aku tahu jalan ini, perempatan ambil kanan, perempatan ke tiga ambil kanan, ini sama saja jalan ke Bantul (rumah kakek) dan ini namanya kejutan! Betapa tuhan baik, maha penyayang, . . . aku manusia kecil bodoh, kebingungan, tersesat, dan . . .keadaan yang basah kuyup, terciprat air genangan hujan, menghabiskan waktu yang terlihat singkat, . . . entah kenapa aku bahagia! Padahal kalau saja aku mengikuti rombongan dan bersabar. Pasti perjalanan panjang ini tidak akan terjadi. Dasar!

Sekarang aku bagai orang terpintar di dunia, karena aku tahu jalan itu, jalan yang akan mengantarkan aku pulang. Selamat tinggal pak Sembiring!

Rasanya ingin berteriak, ya! Teriaklah . . . wooooooooow! Whatever, anggapan orang lain melihat orang gila sedang mengendarai motor, yang sedang stress, dan berteriak kegirangan! Ini pengalaman yang luar biasa (yang berawal kebodohan).

Aha! Itu dia rumah kesayangan! Dua hari sudah berlalu, dengan pengalaman di akhir yang luar biasa. Aku berterima kasih kepada tuhan. Sungguh Dia yang maha segalanya, yang telah mengatur kejadian ini. Terima kasih tuhan.

Sebelum aku tertidur, aku menyimpulkan apa yang aku alami hari ini, dan ini sedikit menyentuhku; di mana aku yang terlalu lama menunda melakukan sesuatu yang juga karena paranoid, tidak jadi aku lakukan, dan keputusan yang kita ambil juga termasuk sesuatu yang tidak dapat kita kembalikan, jalani apa yang telah kita putuskan dengan menghadapi resiko, mengambil keputusan lain, dan mengahadapi resiko lain. Juga tidak layak, k i t a, sebagai manusia, atas segala kebodohan yang mungkin akan terjadi saat kita dapat dipermalukan, maka tersenyumlah, dan hadapi dia dengan kecerdasaan. Dan kadang kita tidak butuh mempertimbangan segala sesuatu, sehingga menjadikan begitu rumit masalah itu, dan membebani kita. Just Go Ahead!


“Buatlah pengalaman, dan jangan takut akan dipermalukan olehnya”

Postingan populer dari blog ini

Sport task: SQUASH

“Squash adalah salah satu cabang olahraga yang tergolong baru di Indonesia. Itu sebabnya masih banyak orang yang kurang begitu mengetahui tentang Squash.” Sumber: andihasanudin weblog (wordpress) ; oleh Andihasanudin pada April 17, 2008. Sejarah Squash  Squash sebenarnya telah ada pada abad ke-19, di daerah Fleet Prison London. Seorang murid sekolah di daerah itu mengadopsi permainan tenis dengan melakukan gerakan memantul-mantulkankan bola ke dinding. Awalnya gerakan tersebut merupakan warming up atau pemanasan sebelum bermain tenis lapangan. Belakangan, gerakan tersebut dikembangkan di sebuah sekolah di Inggris yang bernama Horrow pada tahun 1820. Meski terlahir dan besar di Inggris, namun justru Amerika Serikatlah yang pertama kali mendirikan asosiasi squash pada tahun 1907 dengan nama United States Squash Racquets Association. Padahal, di negeri asalnya Inggris squash pada awalnya merupakan cabang dari tenis lapangan. Squash baru berdiri sendiri di Inggris pada tahun 1928 dengan

Cousin's Cats

[lucky Update 1] Elegant & Love it!

UAS Operating System

Seperti yang mahasiswa ketahui bahwa belajar adalah salah satu usaha untuk menghadapi UAS selain makan makanan sehat dan tidur yang cukup. Ini malam pertama saya dengan OS. Karena bosan, terpaksa keadaan ini saya abadikan. Semoga ada manfaatnya!  amin,