Teringat akan suatu kisah di hari yang Fitri. Kami sekeluarga besar berkumpul saling mengakui dosa & kesalahan selama setahun ini. Sungkem adalah hal yang paling aku takuti saat itu, dan sebelumnya sudah ada feel buruk, yang entah mengapa membuatku harus meng-enjoykan diri. Salah satu alasannya adalah karena penggunaan bahasa Jawa. Di lain pihak, karena kebiasaan keluargaku yang agak "tertutup". Sebelum acara inti dimulai, aku berbincang pada salah seorang bibi/tante yang masih muda (jadi enak aja ngobrol tanpa perlu sok kebapak-bapakan hehe), kurang lebih begini: Tante: Nangis nggk nanti? aku: Nggak lah, biasa aja. Kalo' nangis itu mah lebay namanya, hehe Tante: we..... belum tau sih nanti kalo udah punya cewek! Nanti kalo Tante nangis Lebay dong... haha aku: hehe , Yup! Seperti yang tergambarkan, aku bukanlah tipe yang suka ngumbar-ngumbar air mata. Tapi itu hanya untuk menjaga image atau keegoisan saja. Padahal sungguh sangat kontradiksi dengan hati nuranik