Langsung ke konten utama

Gifts

Kemarin cukup menyedihkan, semuanya hancur bagaikan [...]. Terlihat sangat sia-sia. Bisa jadi ini kelemahanku dari dulu. Idealisme vs Realisme. Kita tentu memiliki harapan terhadap orang-orang terdekat. Si Ibu yang mengharapkan Si Anak jadi orang yang pintar. So Si Ibu beliin tas, buku, sepatu, motor, uang jajan, ... u disekolahin. Di sisi lain mereka memiliki ekspektasi kepada kita. Si Anak berharap dibeliin tablet ketimbang buku (mending baca ebook), lebih milih dibeliin baju2 keren buat main, dll. Hal-hal semacam ini lumrah. Ekspektasi yang bertentangan. Setiap Orang memiliki cara pandang berbeda.

Berbicara tentang ekspektasi (ekspektasi subjektif), berikut ada beberapa ide bagus:

"Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (QS Al Baqarah: 216)

"Kenapa kamu gak bilang dulu sih, komputer itu aku beli dengan tabunganku sendiri. Itu kenangan waktu aku susah. Kenangan dengan teman-temanku..., dengan Maria..."
"Apa semua barangmu ada hubungannya dengan Maria?"

Notes: Dialog di atas diambil dari film Ayat-ayat Cinta. Aisyah (istri Fahri) menjual komputer tua milik Fahri dan menggantinya dengan Macbook. Fahri tidak serta merta senang, justru sedih. Aisyah cemburu dengan Maria. Mereka bertengkar.

Semoga hari ini aku belajar, ideal tidak selamanya ideal. Pada sisi lain, kebaikan tetaplah kebaikan. Harapan baik tetaplah baik. Pamanku berharap aku mengerjakan sholat duha secara rutin. Namun belum bisa kesampean 100%. Perasaanku pun 'gak enak', sedikit mengecewakan Paman. Harapan Pamanku tetaplah baik, sesuai anjuran agama. Namun Pamanku tidak bisa terlalu idealis. Begitu pula aku yang tidak bisa seenaknya saja mengacuhkan harapan tersebut, justru harus bersyukur karena ada orang lain yang menginginkan kita menjadi lebih baik.

Entahlah, hanya Allah yang Maha Tahu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sport task: SQUASH

“Squash adalah salah satu cabang olahraga yang tergolong baru di Indonesia. Itu sebabnya masih banyak orang yang kurang begitu mengetahui tentang Squash.” Sumber: andihasanudin weblog (wordpress) ; oleh Andihasanudin pada April 17, 2008. Sejarah Squash  Squash sebenarnya telah ada pada abad ke-19, di daerah Fleet Prison London. Seorang murid sekolah di daerah itu mengadopsi permainan tenis dengan melakukan gerakan memantul-mantulkankan bola ke dinding. Awalnya gerakan tersebut merupakan warming up atau pemanasan sebelum bermain tenis lapangan. Belakangan, gerakan tersebut dikembangkan di sebuah sekolah di Inggris yang bernama Horrow pada tahun 1820. Meski terlahir dan besar di Inggris, namun justru Amerika Serikatlah yang pertama kali mendirikan asosiasi squash pada tahun 1907 dengan nama United States Squash Racquets Association. Padahal, di negeri asalnya Inggris squash pada awalnya merupakan cabang dari tenis lapangan. Squash baru berdiri sendiri di Inggris pada tahun 1928 dengan

Cousin's Cats

[lucky Update 1] Elegant & Love it!

UAS Operating System

Seperti yang mahasiswa ketahui bahwa belajar adalah salah satu usaha untuk menghadapi UAS selain makan makanan sehat dan tidur yang cukup. Ini malam pertama saya dengan OS. Karena bosan, terpaksa keadaan ini saya abadikan. Semoga ada manfaatnya!  amin,